PEKANBARU, TRIBUN - Bila berkunjung ke SMAN 8 Pekanbaru, tamu akan menemukan sejumlah lubang di sekitar halaman sekolah. Terkesan sepele, tapi lubang inilah yang menjadi andalan pihak sekolah untuk mendapatkan sertifikat Adiwiyata I dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI.
Lubang berdiameter sekitar 10 centimeter dengan kedalaman 1 meter ini sengaja dibuat oleh para civitas SMAN 8 Pekanbaru baik para guru dan siswa. Lubang ini disebut Lubang Resapan Biopori (LRB). LRB Ini menjadi simbol wujud kepedulian sekolah akan lingkungan, terutama dengan maraknya pemanasan global yang sering dibicarakan saat ini. Di mana banjir menjadi satu contoh akibatnya.
"LRB ini memang menjadi program unggulan kami. Ini yang ditonjolkan sekolah bila berbicara sekolah yang peduli lingkungan. Saat Tim KLH datang kemari, LBR ini juga kita tunjukkan. Tapi ada juga yang lainnya," kata Waka Humas SMAN 8 Pekanbaru, Nurhafni, MPd pada Tribun Sabtu (8/5).
LRB ini diaplikasikan di SMAN 8 sejak tahun lalu. Saat ini jumlah lubang yang ada tak terhitung lagi banyaknya. Pantauan Tribun, LRB ini ada di halaman sekolah, baik di sekitar pepohonan dan di daerah yang tofografi tanah sedikit rendah. Pada mulut lubang, terdapat pipa paralon.
Bukan hanya di dalam sekolah LRB ini diaplikasikan. Pihak sekolah sudah beberapa kali melakukan sosialisasi tentang pembuatan dan manfaat LRB kepada sekolah lainnya termasuk lingkungan masyarakat yang ada disekitar SMAN 8. Beberapa siswa pun terdaftar menjadi seorang trainer LRB untuk kegiatan sosialisasi.
"LRB ini sebenarnya bukan penemuan baru. Ini sudah lama. Tapi aplikasinya sangat rendah di tengah-tengah masyarakat. Makanya kita juga lakukan sosialisasi pada warga setempat dan sekolah lainnya. Manfaatnya sangat banyak," kata Nurhafni.
Di antara manfaat LRB adalah dapat mencegah banjir, sebab lubang ini menjadi daerah repasan air. Selain itu, sampah yang terkumpul di dalam lubang bisa dijadikan sebagai bahan kompos.
Program LRB ini pula yang membuat sejumlah civitas SMAN 8 Pekanbaru optomistis mendapatkan sertifikat Adiwiyata I dari KLH. Beberapa waktu lalu tim penilai Adiwiyata telah mengunjungi SMAN 8 di mana seorang penilainya berasal dari KLH RI yakni Aulia Wijiasih.
"Kami optimistis dapatkan sertifikat Adiwiyata I tahun ini. Kita akan lihat pengumumannya pada Juni nanti," ujar Nurhafni Mpd, yang menjabat sebagai penanggungjawab Program Adiwiyata SMA 8 Pekanbaru.
Saat Tim KLH datang, buku setebal 30 cm yang berisi bukti-bukti kegiatan sekolah peduli pada lingkungan dan seabrek penghargaan lingkungan diserahkan ke Tim KLH.
Selain LRB yang menjadi program unggulan, program lainnya yang menunjukkan kepedulian lingkungan juga dilakukan sekolah ini. Semisal, pembuatan kompos dari sampah organik, hasta karya, kertas daur ulang dan tanaman obat. Beberapa program inilah yang membuat para civitas SMAN 8 optimistis akan mendapatkan sertifikat Adiwiyata I.
Dalam kesempatan kunjungan ke SMAN 8, Sabtu lalu, beberapa siswa mengajak berkunjung ke Audotorium Laborarium Alam yang ada di bagian belakang pojok sekolah. Mereka adalah Irman Faiz, Sintia dan Tia Austin. Ketiganya duduk dikelas 10 III dan merupakan siswa yang berperan sebagai trainer.
Ketiga siswa tersebut memperlihatkan pembuatan kompos dari sampah organik, hasta karya dan kertas daur ulang. "Inilah hasil karya kami selama ini yang merupakan peduli akan lingkungan. Semua bahannya merupakan sampah berupa plastik dan daun pohon yang gugur," kata Irman Faiz.
Sintia dan Tia Austin pun menimpali hal yang sama. Papan bunga, kerajinan tangan yang terbuat dari plastik diperlihatkan. Termasuk kompos yang siap digunakan.
Suasana SMAN 8 yang merupakan sekolah rintisan bertaraf internasional memang terlihat hijau. Sejauh mata memandang dan menjalani sudut-sudut kelas yang ada, berbagai tanaman bunga tersusun rapi dalam pot. Tanaman yang ada disekitar kelas didominasi dengan jenis bunga keladi.
Irman Faiz bercerita, setiap murid baru diwajibkan membawa bunga saat diterima di sekolah. Bunga keladi inilah yang dibawa oleh para murid baru. "Selain itu, bunga-bunga yang ada merupakan program dari 1.000 tanam yang lalu," ujarnya. Halaman sekolah pun tampak asri dan sejuk walau sinar matahari datang menyengat.
SMAN 8 Pekanbaru sendiri memulai program peduli lingkungan ini sejak 2007 lalu. Sejumlah anggaran dana juga dialokasikan untuk menjalankan program. Unit Kegiatan Siswa (UKS) yang ada, seperti Eyes dan Kepal juga mendukung program ini. "Kita juga ada pelajaran lingkungan hidup untuk murid," kata Nurhafni.
Sejumlah perhargaan pun didapat sekolah ini atas program tersebut. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang konsen terhadap lingkungan menjadikan SMAN 8 menjadi Pelopor Sekolah Hijau. Dalam perlombaan Toyota Asta Motor yang diikuti SMA Sederajat se Indonesia pada 2008 lalu, SMAN 8 mendapatkan juara II dalam hal lingkungan. Puncaknya, beberapa waktu lalu SMAN 8 berangkat ke Brunei Darussalam mewakili Riau untuk mengikuti ASEAN +3 Yoth Environtmental Forum (AYEF) 2010.
Sejumlah kejuaraan kebersihan memang disabet sekolah ini baik tingkat Pekanbaru dan Riau. Ini pula yang membuat Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru tidak bisa memalingkan pandangannya pada SMAN 8 dan rekomendasi pun dibuat ke Pemprov Riau agar sekolah ini mendapatkan Adiwiyata. Ternyata Pemprov sendiri pun setuju dan rekomendasi pada KLH RI pun dikirimkan.
Juni tahun lalu, SMAN 8 mendapatkan calon sekolah Adiwiyata. Bila tahun ini mendapatkan sertifikat Adiwiyata I, maka tahun depan sertifikat Adiwiyata II akan menanti. Ke depannya lagi Adiwiyata III dan IV serta penobatan menjadi sekolah Adiwiyata menanti.
Dalam penilaian sertifikat Adiwiyata I, bukan hanya SMAN 8 saja, namun ada dua sekolah lainnya yakni SD 16 dan SD 07 Tampan. Sedangkan SMAN 1 Pekanbaru masih berupaya mendapatkan calon sekolah Adiwiyata tahun ini. (cr4)
Lubang berdiameter sekitar 10 centimeter dengan kedalaman 1 meter ini sengaja dibuat oleh para civitas SMAN 8 Pekanbaru baik para guru dan siswa. Lubang ini disebut Lubang Resapan Biopori (LRB). LRB Ini menjadi simbol wujud kepedulian sekolah akan lingkungan, terutama dengan maraknya pemanasan global yang sering dibicarakan saat ini. Di mana banjir menjadi satu contoh akibatnya.
"LRB ini memang menjadi program unggulan kami. Ini yang ditonjolkan sekolah bila berbicara sekolah yang peduli lingkungan. Saat Tim KLH datang kemari, LBR ini juga kita tunjukkan. Tapi ada juga yang lainnya," kata Waka Humas SMAN 8 Pekanbaru, Nurhafni, MPd pada Tribun Sabtu (8/5).
LRB ini diaplikasikan di SMAN 8 sejak tahun lalu. Saat ini jumlah lubang yang ada tak terhitung lagi banyaknya. Pantauan Tribun, LRB ini ada di halaman sekolah, baik di sekitar pepohonan dan di daerah yang tofografi tanah sedikit rendah. Pada mulut lubang, terdapat pipa paralon.
Bukan hanya di dalam sekolah LRB ini diaplikasikan. Pihak sekolah sudah beberapa kali melakukan sosialisasi tentang pembuatan dan manfaat LRB kepada sekolah lainnya termasuk lingkungan masyarakat yang ada disekitar SMAN 8. Beberapa siswa pun terdaftar menjadi seorang trainer LRB untuk kegiatan sosialisasi.
"LRB ini sebenarnya bukan penemuan baru. Ini sudah lama. Tapi aplikasinya sangat rendah di tengah-tengah masyarakat. Makanya kita juga lakukan sosialisasi pada warga setempat dan sekolah lainnya. Manfaatnya sangat banyak," kata Nurhafni.
Di antara manfaat LRB adalah dapat mencegah banjir, sebab lubang ini menjadi daerah repasan air. Selain itu, sampah yang terkumpul di dalam lubang bisa dijadikan sebagai bahan kompos.
Program LRB ini pula yang membuat sejumlah civitas SMAN 8 Pekanbaru optomistis mendapatkan sertifikat Adiwiyata I dari KLH. Beberapa waktu lalu tim penilai Adiwiyata telah mengunjungi SMAN 8 di mana seorang penilainya berasal dari KLH RI yakni Aulia Wijiasih.
"Kami optimistis dapatkan sertifikat Adiwiyata I tahun ini. Kita akan lihat pengumumannya pada Juni nanti," ujar Nurhafni Mpd, yang menjabat sebagai penanggungjawab Program Adiwiyata SMA 8 Pekanbaru.
Saat Tim KLH datang, buku setebal 30 cm yang berisi bukti-bukti kegiatan sekolah peduli pada lingkungan dan seabrek penghargaan lingkungan diserahkan ke Tim KLH.
Selain LRB yang menjadi program unggulan, program lainnya yang menunjukkan kepedulian lingkungan juga dilakukan sekolah ini. Semisal, pembuatan kompos dari sampah organik, hasta karya, kertas daur ulang dan tanaman obat. Beberapa program inilah yang membuat para civitas SMAN 8 optimistis akan mendapatkan sertifikat Adiwiyata I.
Dalam kesempatan kunjungan ke SMAN 8, Sabtu lalu, beberapa siswa mengajak berkunjung ke Audotorium Laborarium Alam yang ada di bagian belakang pojok sekolah. Mereka adalah Irman Faiz, Sintia dan Tia Austin. Ketiganya duduk dikelas 10 III dan merupakan siswa yang berperan sebagai trainer.
Ketiga siswa tersebut memperlihatkan pembuatan kompos dari sampah organik, hasta karya dan kertas daur ulang. "Inilah hasil karya kami selama ini yang merupakan peduli akan lingkungan. Semua bahannya merupakan sampah berupa plastik dan daun pohon yang gugur," kata Irman Faiz.
Sintia dan Tia Austin pun menimpali hal yang sama. Papan bunga, kerajinan tangan yang terbuat dari plastik diperlihatkan. Termasuk kompos yang siap digunakan.
Suasana SMAN 8 yang merupakan sekolah rintisan bertaraf internasional memang terlihat hijau. Sejauh mata memandang dan menjalani sudut-sudut kelas yang ada, berbagai tanaman bunga tersusun rapi dalam pot. Tanaman yang ada disekitar kelas didominasi dengan jenis bunga keladi.
Irman Faiz bercerita, setiap murid baru diwajibkan membawa bunga saat diterima di sekolah. Bunga keladi inilah yang dibawa oleh para murid baru. "Selain itu, bunga-bunga yang ada merupakan program dari 1.000 tanam yang lalu," ujarnya. Halaman sekolah pun tampak asri dan sejuk walau sinar matahari datang menyengat.
SMAN 8 Pekanbaru sendiri memulai program peduli lingkungan ini sejak 2007 lalu. Sejumlah anggaran dana juga dialokasikan untuk menjalankan program. Unit Kegiatan Siswa (UKS) yang ada, seperti Eyes dan Kepal juga mendukung program ini. "Kita juga ada pelajaran lingkungan hidup untuk murid," kata Nurhafni.
Sejumlah perhargaan pun didapat sekolah ini atas program tersebut. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang konsen terhadap lingkungan menjadikan SMAN 8 menjadi Pelopor Sekolah Hijau. Dalam perlombaan Toyota Asta Motor yang diikuti SMA Sederajat se Indonesia pada 2008 lalu, SMAN 8 mendapatkan juara II dalam hal lingkungan. Puncaknya, beberapa waktu lalu SMAN 8 berangkat ke Brunei Darussalam mewakili Riau untuk mengikuti ASEAN +3 Yoth Environtmental Forum (AYEF) 2010.
Sejumlah kejuaraan kebersihan memang disabet sekolah ini baik tingkat Pekanbaru dan Riau. Ini pula yang membuat Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pekanbaru tidak bisa memalingkan pandangannya pada SMAN 8 dan rekomendasi pun dibuat ke Pemprov Riau agar sekolah ini mendapatkan Adiwiyata. Ternyata Pemprov sendiri pun setuju dan rekomendasi pada KLH RI pun dikirimkan.
Juni tahun lalu, SMAN 8 mendapatkan calon sekolah Adiwiyata. Bila tahun ini mendapatkan sertifikat Adiwiyata I, maka tahun depan sertifikat Adiwiyata II akan menanti. Ke depannya lagi Adiwiyata III dan IV serta penobatan menjadi sekolah Adiwiyata menanti.
Dalam penilaian sertifikat Adiwiyata I, bukan hanya SMAN 8 saja, namun ada dua sekolah lainnya yakni SD 16 dan SD 07 Tampan. Sedangkan SMAN 1 Pekanbaru masih berupaya mendapatkan calon sekolah Adiwiyata tahun ini. (cr4)
Komentar